Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan, Mencari Pemimpin Yang Tangguh
oleh harmen batubara
Kini semua sudah melihat, bahwa Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan
terhadap usulan Daerah Otonomi Baru (DOB) terhadap Pulau Sebatik. Dirinya akan
melihat apakah pemekaran Sebatik yang berada di Kabupaten Nunukan sudah masuk
dalam usulan dari 87 daerah pemekaran yang sebelumnya sudah dibahas oleh
pemerintah dengan DPR.
“Kalau itu sudah masuk, kami akan
mencermati terkait dengan perkembangan dan kebutuhan, apalagi Sebatik sudah
ditinjau oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Saya kira sudah memenuhi syarat
karena waktu itu saya juga ikut mendampingi Pak Presiden melihat Sebatik. Namun
masih diperlukan pengecekan lagi mengenai batas wilayah, kecamatan, desa atau
kelurahan. Itu penting untuk dilihat karena akan berkaitan dengan jumlah
penduduk dan berapa kecamatan,” terangnya, Minggu (16/8/2015).
Dia menjelaskan, pihaknya akan meminta
kepada Penjabat Gubernur Kalimantan Utara Triyono Budi Sasongko untuk
mencermati karena pada awal 2016 mendatang sudah dimulai seleksi DOB dan
nama-nama daerah DOB yang akan menjadi prioritas. Sepanjang otonomi mampu
mempercepat pemerintahan dan pembangunan serta kesejahteraan rakyat, pada
prinsipnya pemerintah dan DPR setuju.“Sebatik kan termasuk daerah khusus karena
berada di perbatasan dengan negara lain (Malaysia), saya kira dari sisi
prioritas ya Sebatik masuk.
Sebatik
Punya Nilai Strategis Bagi NKRI
Salah satu nilai strategis pulau
Sebatik, adalah karena di pulau ini garis perbatasan antara Indonesia-Malaysia
ditarik. Titik batas kedua negara ada di ujung tmur dan barat pulau ini. Tetapi
keberadaan kedua titik batas ini jadi lumpuh, karena negara tetangga tidak mau
tergesa-gesa mengakui titik batas tersebut (Sebatik termasuk dari 10 masalah
OBP antara Indonesia-Malaysia), karena mereka memanfaatkannya bagi kepentingan “nasional
mereka”. Masih ingat lepasnya Sipadan-Ligitan. Salah satu penyebabnya adalah
karena Indonesia tidak bisa memanfaatkan TITIK BATAS tersebut sebagai titik
pangkal. Padahal titik batas itu benar-benar titik pangkalnya Indonesia dan itu
sudah diserahkan ke PBB. Tetapi Ironisnya Indonesia mau saja berunding tentang
ke pemilikan pulau Sipadan-Ligitan tanpa memperhitungkan keberadaan titik
pangkal tersebut. Malaysia bilang bahwa regim batas laut-dan batas darat
berbeda- celakanya pihak Indonesia mengamininya. Dan saya ingin sampaikan
disini bahwa Tim perunding batas kita
juga terdiri dari dua Tim yang berbeda. Yakni Tim perunding Tim Batas Laut dan
Tim Batas Darat dan keduanya selama ini tidak sinergis dan malah tidak saling
tahu-inilah yang membawa malapetaka bagi keutuhan NKRI.
Sekarang Indoensia-Malaysia akan
menentukan perbatasan di Blok Ambalat, dan kelihatannya Indonesia juga masih
terbuai oleh “bujukan” Malaysia bahwa tidak ada hubungannya antara batas darat
di Pulau Sebatik dengan Blok Ambalat sama persis sebagai mana skenario mereka
ketika di perebutan Pulau Sipadan – Ligitan Dahulu. Dan jangan lupa masalah
batas darat di pulau sebatik tetap dibuat oleh Malaysia sebagai status quo
dalam artian tidak di putuskan mana batas yang sebenarnya, sampai semua
kepentingan mereka bisa diselesaikan. Tapi sudahlah, sekarang kita ikut
memikirkan pigus Gubernur Kaltara yang akan datang yang ditentukan pada tanggal
9 Desember 2015 nanti.
Yusuf
SK, Marthin Billa Tokoh tokoh yang Sudah Teruji
Tokoh Yusuf SK misalnya, apa yang dia
lakukan untuk Kaltara? Karya-karyanya telah diakui secara Nasional. Beliau sepuluh
Tahun Membangun Kota Tarakan dengan cermat. Ibarat memulai dia telah
melakukannya sejak dari Gelap Terbitlah Terang dengan mengutamakan Kepentingan
Masyarakat, membangun dan mengembangkan sarana kesehatan, sarana pasar, serta
sarana pendidikan mulai dari Sekolah Dasar Sampai SMK bahkan sampai berdirinya Universitas
Borneo Negri Yang Ada Di Kaltara. Hasil
Kerja Selama Jadi Walikota Tarakan sudah banyak di nikmati oleh masyarakat Tarakan.
Tidak sampai disitu, Yang Tidak Kalah
Pentingnya Pak Jusuf Sk dan Marthin Billa terus merperjuangkan berdirinya Kaltara.
Beliau bersama dengan seluruh team yang tidak akan terlupakan seperti Suhartono, Pilipus, Yusuf Abdulah dan para sesepuh
terdahulu yang menjadi awal cikal bakal lahirnya kaltara. Merekalah yang bekerja
keras untuk mewujudkannya, terima kasih
yang tidak terhingga sudah sepantasnya disampaikan kepada mereka semoga jasa
jasa nya tetap di kenang oleh masyarakat kaltara
Tokoh berikutnya adalah Marthin Billa juga
sudah sepuluh Tahun di percaya menjadi Bupati Malinau apa yang terjadi di
wilayah itu memang terasa gaungnya kemana-mana- boleh dikatakan walaupun
kabupaten malinau masih muda namun mampu bersaing dengan kabupaten lainnya
semua ini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kabupaten malinau.
Saya sendiri masih ingat dengan recana beliau yang akan mengembangkan potensi
hutan lindung menjadi suatu wilayah eko-tourism yang menyasar para Lansia dari
negara-negara kaya seperti Jepang dan Eropa untuk menikmati berlibur di hutan
tropis khatulistiwa.
Dilihat dari sisi kesiapan, hal itu
bisa dilihat dari fakta bahwa pasangan ini yang pertama mendeklarasikan diri.
Mereka memastikan maju dengan didukung koalisi empat partai politik,
masing-masing partai Hanura dengan 4 kursi, partai Nasdem memilik 2 kursi, PKB 2 kursi dan PKPI 1 kursi. Total jumlah kursi dari koalisi
partai itu adalah 9, sudah melebihi dari persyaratan menjadi pengusung yang
mengharuskan 20 persen dari 35 kursi DPRD, yakni 7 kursi. Bagi orang Jakarta Dokter
Jusuf SK-Marthin Billa adalah sosok paling popular di Kaltara. Jusuf mantan
Wali Kota Tarakan dua periode dan Marthin Billa mantan Bupati Malinau dua
periode yang sekarang menjadi anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) di Jakarta.
Keduanya merupakan putra daerah dan dicintai oleh rakyatnya.
Para pemerhati Politik juga senang
dengan kedua tokoh ini. Para pemerhati
itu umumnya senang karena kedua tokoh ini mempunyai skor dan kriteria tinggi
jika dibandingkan dengan calon-calon lainnya. Kedua tokoh ini masingmasing
punya nama dan prestasi besar. Misalnya Jusuf SK, seorang dokter yang sukses
memimpin sebuah rumah sakit, kemudian menjadi Walikota di sebuah kota di ujung
utara Kaltim yang dia mimpikan menjadi Singapura kecil. Begitu pula dengan
pasangannya Marthin Billa yang pada waktunya dahulu dipercaya di berbagai
posisi baik lokal maupun nasional.
Dari hasil survei Indopolling misalnya
pada periode 9-16 Desember 2014, terdapat enam figur potensial yang memiliki
peluang maju sebagai Calon Gubernur Kaltara. Mereka adalah Yusuf SK, Marthin
Billa, Anang Dahlan Djauhari, Budiman Arifin, Abdul Hafidz Ahmad dan Irianto
Lambrie. Dari enam figur potensial, Pilkada akan menjadi pertarungan keras
antara Yusuf SK dan Marthin Billa. Demikian kesimpulan hasil survei Indopolling
Network terkait Persepsi Masyarakat Kaltara Menghadapi Pilkada Kaltara 2015.
Ternyata kedua tokoh yang dijagoka itu yakni Yusuf SK dan Marthin Billa malah
jadi satu. Sebuah potensi yang sungguh menjanjikan. Hal yang sama juga
dilakukan oleh lembaga survei Icon Survei
Nasional (ISN) yang dipimpin oleh Azis S
Suwarsono, yang melakukan penelitiannya pada 26 Agustus- 4 September 2014.
Hasilnya juga memperlihatkan rating tertinggi adalah pasangan Yusuf SK dengan
alasan keberhasilantokoh ini dalam pengembangan pembangun Rumah Sakit, bidang
pendidikan, serta berhasil membangun Tarakan dan sekaligus bisa menggolkan
lahirnya provinsi Kaltara.
Perlu
Lebih Mempersiapkan Tim Sukses Secara Profesional
Bagi para peserta Pilkada, persiapan
adalah tantangan, “gagal mempersiapkan dengan baik sama saja dengan
merencanakan kegagalan itu sendiri”. Ungkapan ini juga berlaku dalam dunia
politik praktis. Alam politik di era demokrasi modern berbeda dengan era
sebelumnya. Dulu seorang pemimpin sudah ditetapkan sebelum dia lahir dan
kemampuannya penuh dengan balutan mitos dan mistis secara turun-temurun. Tetapi
setelah alam demokratis muncul maka mitos dan mistis seperti itu dihancurkan
oleh logika dan rasionalitas. Orang tidak lagi mau dinina bobokkan maka
kerja-kerja politik praktis menjadi sesuatu yang terukur dan terencana. Tapi
pakah sesederhana itu?
Seorang calon pemimpin tidak bisa lagi
bersikap pasif bagai putra mahkota yang menunggu penobatan. Seorang politisi
dituntut untuk melakukan aktivitas politik yang terencana dalam suatu manajemen
yang baik. Setiap perencanaan tak berlaku seragam bagi setiap politisi. Seluruh
perencanaan tersebut tentu harus disesuaikan dengan kondisi objektif politisi
bersangkutan. Tapi jangan lupa. Masih ingat dengan Pemilukada DKI 2012? Menurut penulis Pemilukada DKI adalah contoh
yang menarik tentang Tumbangnya seorang Petahana secara telak ditengah ke
populerannya. Popularis Pasangan Petahana begitu luar biasa. Tetapi begitu kita
melihat hasilnya? Kalah telak dan hilang begitu saja. Ya waktu itu
Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta, Jumat, 11 Mei 2012 lalu,
menetapkan enam pasangan calon gubernur. Secara sederhana, pasangan petahana
Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, yang diusung Partai Demokrat, akan berhadapan dengan
lima pasang penantang. Para penantang itu ialah Joko Widodo (Jokowi)-Basuki
Tjahja Purnama (Ahok) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan
Grindra, Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini oleh Partai Keadilan Sejahtera,
Alex Noerdin-Nono Sampono oleh Partai Golkar, dan dua pasangan independen,
Faisal Basri-Biem Benyamin, serta Hendardji Soepandji-A. Riza Patria.
Dari sisi penantang, tampak belum ada
konsep yang begitu berbeda dibanding tawaran-tawaran kubu petahana. Inilah yang
menyebabkan kubu petahana dikesankan lebih visioner. Dan karena itu, kunci
untuk mengalahkan petahana adalah dengan membeberkan kelemahan kepemimpinan
petahana periode sebelumnya. Di sinilah strategi Sun Tzu dimanfaatkan dengan
sebaik baiknya. Karena sudah memerintah
satu periode, maka ternyata kepemimpinan Fauzi Bowo dikesankan sangat egois dan
sinis serta kurang empati. Pecah kongsinya dengan Prijanto sebagai wakil
gubernur jadi sesasi utama. Foke tidak bisa bekerja sama dan berbagi. Ternyata mudah sekali membeberkan kelemahan
kepemimpinan dan kebijakan petahana. Di sisi ini, masalah utama petahana ialah
soal kepercayaan publik. Kubu petahana memang lebih bertumpu pada potensi
pemilih rasional dan mapan, bahwa perubahan tetap dalam kesinambungan dan itu
ternyata banyak disuka. Tapi, dalam hal kepercayaan ditambah lagi persoalan
karakter “sinis dan kurang berempati” nya Foke terus di tonjolkan, dan ini bisa
jadi bumerang. Hasilnya ternyata Petahana yang demikian kuat dan dominan di
segala lini serta didukung dana pencitraan yang tiada habisnya. Ternyata tidak
mampu mengalahkan Jokowi-Ahok. Pasangan pendatang baru, dua tokoh anak muda
yang sesungguhnya hanya biasa-biasa saja. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli tinggallah
kenangan.
Memang di Kaltara tidak ada Petahana,
tetapi kedua tokoh utama kita Yusuf SK dan Marthin Billa sudah layaknya seperti
petahana, karena mereka dijagokan oleh para pihak. Karena itu belajarlah dengan
teori Sun Tzu dan jangan terjebak oleh kelemahan sendiri. Karena itu perlu
dilakukan persiapan yang lebih baik dan terencana secara baik sejak dari awal.
No comments:
Post a Comment