August 17, 2015

Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan, Mencari Pemimpin Yang Tangguh




Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan, Mencari Pemimpin Yang Tangguh
 oleh harmen batubara

Kini semua sudah melihat, bahwa Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan terhadap usulan Daerah Otonomi Baru (DOB) terhadap Pulau Sebatik. Dirinya akan melihat apakah pemekaran Sebatik yang berada di Kabupaten Nunukan sudah masuk dalam usulan dari 87 daerah pemekaran yang sebelumnya sudah dibahas oleh pemerintah dengan DPR.

“Kalau itu sudah masuk, kami akan mencermati terkait dengan perkembangan dan kebutuhan, apalagi Sebatik sudah ditinjau oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Saya kira sudah memenuhi syarat karena waktu itu saya juga ikut mendampingi Pak Presiden melihat Sebatik. Namun masih diperlukan pengecekan lagi mengenai batas wilayah, kecamatan, desa atau kelurahan. Itu penting untuk dilihat karena akan berkaitan dengan jumlah penduduk dan berapa kecamatan,” terangnya, Minggu (16/8/2015).
Dia menjelaskan, pihaknya akan meminta kepada Penjabat Gubernur Kalimantan Utara Triyono Budi Sasongko untuk mencermati karena pada awal 2016 mendatang sudah dimulai seleksi DOB dan nama-nama daerah DOB yang akan menjadi prioritas. Sepanjang otonomi mampu mempercepat pemerintahan dan pembangunan serta kesejahteraan rakyat, pada prinsipnya pemerintah dan DPR setuju.“Sebatik kan termasuk daerah khusus karena berada di perbatasan dengan negara lain (Malaysia), saya kira dari sisi prioritas ya Sebatik masuk.
Sebatik Punya Nilai Strategis Bagi NKRI
Salah satu nilai strategis pulau Sebatik, adalah karena di pulau ini garis perbatasan antara Indonesia-Malaysia ditarik. Titik batas kedua negara ada di ujung tmur dan barat pulau ini. Tetapi keberadaan kedua titik batas ini jadi lumpuh, karena negara tetangga tidak mau tergesa-gesa mengakui titik batas tersebut (Sebatik termasuk dari 10 masalah OBP antara Indonesia-Malaysia), karena mereka memanfaatkannya bagi kepentingan “nasional mereka”. Masih ingat lepasnya Sipadan-Ligitan. Salah satu penyebabnya adalah karena Indonesia tidak bisa memanfaatkan TITIK BATAS tersebut sebagai titik pangkal. Padahal titik batas itu benar-benar titik pangkalnya Indonesia dan itu sudah diserahkan ke PBB. Tetapi Ironisnya Indonesia mau saja berunding tentang ke pemilikan pulau Sipadan-Ligitan tanpa memperhitungkan keberadaan titik pangkal tersebut. Malaysia bilang bahwa regim batas laut-dan batas darat berbeda- celakanya pihak Indonesia mengamininya. Dan saya ingin sampaikan disini  bahwa Tim perunding batas kita juga terdiri dari dua Tim yang berbeda. Yakni Tim perunding Tim Batas Laut dan Tim Batas Darat dan keduanya selama ini tidak sinergis dan malah tidak saling tahu-inilah yang membawa malapetaka bagi keutuhan NKRI.
Sekarang Indoensia-Malaysia akan menentukan perbatasan di Blok Ambalat, dan kelihatannya Indonesia juga masih terbuai oleh “bujukan” Malaysia bahwa tidak ada hubungannya antara batas darat di Pulau Sebatik dengan Blok Ambalat sama persis sebagai mana skenario mereka ketika di perebutan Pulau Sipadan – Ligitan Dahulu. Dan jangan lupa masalah batas darat di pulau sebatik tetap dibuat oleh Malaysia sebagai status quo dalam artian tidak di putuskan mana batas yang sebenarnya, sampai semua kepentingan mereka bisa diselesaikan. Tapi sudahlah, sekarang kita ikut memikirkan pigus Gubernur Kaltara yang akan datang yang ditentukan pada tanggal 9 Desember 2015 nanti.
Yusuf SK, Marthin Billa Tokoh tokoh yang Sudah Teruji
Tokoh Yusuf SK misalnya, apa yang dia lakukan untuk Kaltara? Karya-karyanya telah diakui secara Nasional. Beliau sepuluh Tahun Membangun Kota Tarakan dengan cermat. Ibarat memulai dia telah melakukannya sejak dari Gelap Terbitlah Terang dengan mengutamakan Kepentingan Masyarakat, membangun dan mengembangkan sarana kesehatan, sarana pasar, serta sarana pendidikan mulai dari Sekolah Dasar Sampai SMK bahkan sampai berdirinya Universitas Borneo Negri Yang Ada Di Kaltara.  Hasil Kerja Selama Jadi Walikota Tarakan sudah banyak  di nikmati oleh masyarakat Tarakan.
Tidak sampai disitu, Yang Tidak Kalah Pentingnya Pak Jusuf Sk dan Marthin Billa terus merperjuangkan berdirinya Kaltara. Beliau bersama dengan seluruh team yang tidak akan terlupakan seperti  Suhartono, Pilipus, Yusuf Abdulah dan para sesepuh terdahulu yang menjadi awal cikal bakal lahirnya kaltara. Merekalah yang bekerja keras untuk mewujudkannya,  terima kasih yang tidak terhingga sudah sepantasnya disampaikan kepada mereka semoga jasa jasa nya tetap di kenang oleh masyarakat kaltara

Tokoh berikutnya adalah Marthin Billa juga sudah sepuluh Tahun di percaya menjadi Bupati Malinau apa yang terjadi di wilayah itu memang terasa gaungnya kemana-mana- boleh dikatakan walaupun kabupaten malinau masih muda namun mampu bersaing dengan kabupaten lainnya semua ini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kabupaten malinau. Saya sendiri masih ingat dengan recana beliau yang akan mengembangkan potensi hutan lindung menjadi suatu wilayah eko-tourism yang menyasar para Lansia dari negara-negara kaya seperti Jepang dan Eropa untuk menikmati berlibur di hutan tropis khatulistiwa.

Dilihat dari sisi kesiapan, hal itu bisa dilihat dari fakta bahwa pasangan ini yang pertama mendeklarasikan diri. Mereka memastikan maju dengan didukung koalisi empat partai politik, masing-masing partai Hanura dengan 4 kursi, partai Nasdem  memilik 2 kursi, PKB 2 kursi dan  PKPI 1 kursi. Total jumlah kursi dari koalisi partai itu adalah 9, sudah melebihi dari persyaratan menjadi pengusung yang mengharuskan 20 persen dari 35 kursi DPRD, yakni 7 kursi. Bagi orang Jakarta Dokter Jusuf SK-Marthin Billa adalah sosok paling popular di Kaltara. Jusuf mantan Wali Kota Tarakan dua periode dan Marthin Billa mantan Bupati Malinau dua periode yang sekarang menjadi anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) di Jakarta. Keduanya merupakan putra daerah dan dicintai oleh rakyatnya.

Para pemerhati Politik juga senang dengan  kedua tokoh ini. Para pemerhati itu umumnya senang karena kedua tokoh ini mempunyai skor dan kriteria tinggi jika dibandingkan dengan calon-calon lainnya. Kedua tokoh ini masingmasing punya nama dan prestasi besar. Misalnya Jusuf SK, seorang dokter yang sukses memimpin sebuah rumah sakit, kemudian menjadi Walikota di sebuah kota di ujung utara Kaltim yang dia mimpikan menjadi Singapura kecil. Begitu pula dengan pasangannya Marthin Billa yang pada waktunya dahulu dipercaya di berbagai posisi baik lokal maupun nasional.
Dari hasil survei Indopolling misalnya pada periode 9-16 Desember 2014, terdapat enam figur potensial yang memiliki peluang maju sebagai Calon Gubernur Kaltara. Mereka adalah Yusuf SK, Marthin Billa, Anang Dahlan Djauhari, Budiman Arifin, Abdul Hafidz Ahmad dan Irianto Lambrie. Dari enam figur potensial, Pilkada akan menjadi pertarungan keras antara Yusuf SK dan Marthin Billa. Demikian kesimpulan hasil survei Indopolling Network terkait Persepsi Masyarakat Kaltara Menghadapi Pilkada Kaltara 2015. Ternyata kedua tokoh yang dijagoka itu yakni Yusuf SK dan Marthin Billa malah jadi satu. Sebuah potensi yang sungguh menjanjikan. Hal yang sama juga dilakukan oleh lembaga survei  Icon Survei Nasional (ISN)  yang dipimpin oleh Azis S Suwarsono, yang melakukan penelitiannya pada 26 Agustus- 4 September 2014. Hasilnya juga memperlihatkan rating tertinggi adalah pasangan Yusuf SK dengan alasan keberhasilantokoh ini dalam pengembangan pembangun Rumah Sakit, bidang pendidikan, serta berhasil membangun Tarakan dan sekaligus bisa menggolkan lahirnya provinsi Kaltara.



Perlu Lebih Mempersiapkan Tim Sukses Secara Profesional
Bagi para peserta Pilkada, persiapan adalah tantangan, “gagal mempersiapkan dengan baik sama saja dengan merencanakan kegagalan itu sendiri”. Ungkapan ini juga berlaku dalam dunia politik praktis. Alam politik di era demokrasi modern berbeda dengan era sebelumnya. Dulu seorang pemimpin sudah ditetapkan sebelum dia lahir dan kemampuannya penuh dengan balutan mitos dan mistis secara turun-temurun. Tetapi setelah alam demokratis muncul maka mitos dan mistis seperti itu dihancurkan oleh logika dan rasionalitas. Orang tidak lagi mau dinina bobokkan maka kerja-kerja politik praktis menjadi sesuatu yang terukur dan terencana. Tapi pakah sesederhana itu?
Seorang calon pemimpin tidak bisa lagi bersikap pasif bagai putra mahkota yang menunggu penobatan. Seorang politisi dituntut untuk melakukan aktivitas politik yang terencana dalam suatu manajemen yang baik. Setiap perencanaan tak berlaku seragam bagi setiap politisi. Seluruh perencanaan tersebut tentu harus disesuaikan dengan kondisi objektif politisi bersangkutan. Tapi jangan lupa. Masih ingat dengan Pemilukada DKI 2012?  Menurut penulis Pemilukada DKI adalah contoh yang menarik tentang Tumbangnya seorang Petahana secara telak ditengah ke populerannya. Popularis Pasangan Petahana begitu luar biasa. Tetapi begitu kita melihat hasilnya? Kalah telak dan hilang begitu saja. Ya  waktu itu  Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta, Jumat, 11 Mei 2012 lalu, menetapkan enam pasangan calon gubernur. Secara sederhana, pasangan petahana Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, yang diusung Partai Demokrat, akan berhadapan dengan lima pasang penantang. Para penantang itu ialah Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Grindra, Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini oleh Partai Keadilan Sejahtera, Alex Noerdin-Nono Sampono oleh Partai Golkar, dan dua pasangan independen, Faisal Basri-Biem Benyamin, serta Hendardji Soepandji-A. Riza Patria.
Dari sisi penantang, tampak belum ada konsep yang begitu berbeda dibanding tawaran-tawaran kubu petahana. Inilah yang menyebabkan kubu petahana dikesankan lebih visioner. Dan karena itu, kunci untuk mengalahkan petahana adalah dengan membeberkan kelemahan kepemimpinan petahana periode sebelumnya. Di sinilah strategi Sun Tzu dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.  Karena sudah memerintah satu periode, maka ternyata kepemimpinan Fauzi Bowo dikesankan sangat egois dan sinis serta kurang empati. Pecah kongsinya dengan Prijanto sebagai wakil gubernur jadi sesasi utama. Foke tidak bisa bekerja sama dan berbagi.  Ternyata mudah sekali membeberkan kelemahan kepemimpinan dan kebijakan petahana. Di sisi ini, masalah utama petahana ialah soal kepercayaan publik. Kubu petahana memang lebih bertumpu pada potensi pemilih rasional dan mapan, bahwa perubahan tetap dalam kesinambungan dan itu ternyata banyak disuka. Tapi, dalam hal kepercayaan ditambah lagi persoalan karakter “sinis dan kurang berempati” nya Foke terus di tonjolkan, dan ini bisa jadi bumerang. Hasilnya ternyata Petahana yang demikian kuat dan dominan di segala lini serta didukung dana pencitraan yang tiada habisnya. Ternyata tidak mampu mengalahkan Jokowi-Ahok. Pasangan pendatang baru, dua tokoh anak muda yang sesungguhnya hanya biasa-biasa saja. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli tinggallah kenangan.
Memang di Kaltara tidak ada Petahana, tetapi kedua tokoh utama kita Yusuf SK dan Marthin Billa sudah layaknya seperti petahana, karena mereka dijagokan oleh para pihak. Karena itu belajarlah dengan teori Sun Tzu dan jangan terjebak oleh kelemahan sendiri. Karena itu perlu dilakukan persiapan yang lebih baik dan terencana secara baik sejak dari awal.